Terima Apa Adanya, Kenyataan!

yaa…. begitulah!
yaa…. semua emang butuh proses.
yaa…. sebuah spekulasi adalah cermin.
yaa…. atur – atur diri kau laaaaa!!!

tidak kurang dan pasti lebih aku melewati hidup yg lumayan penuh dengan problematika. senang, sedih, emosi, dan datar adalah rasa yg sampai saat ini sudah dapat aku nikmati dengan geratis. tinggal menunggu masa puncak dimana aku bisa merasakan hal itu secara serentak. tidak sedikit dan pasti banyak aku merakan kaget dan kebingungan bila menemukan keadaan yg baru. rasa baru! kenyataan baru!’

ya! kenyataan baru!
bisa dikatakan juga baru sadar. dalam artian banyak sesuatu yg ternyata baru terlihat dalam benak ini. ‘ternyata aku seperti ini’, ‘ternyata seperti itu’, perbedaan dalam lingkungan ‘inti’, batas – batas kemampuan, hal yg tidak logis. memerlukan waktu yg cukup lama utk memetakan semua kebingungan yg ada. memerlukan kondisi khusus utk mendapatkan jawaban yg maksimal. dan pada akhirnya memerlukan sikap yg sedemikan rupa utk menyikapi semuanya. pada efeknya, aku pun harus menerima dan siap perlakuan khusus pula dari lingkungan ku.

aku tidak menerima kenyataan begitu saja. tidak menerima bulat – bulat apa yg ada dalam diriku. semua hasil pemetaan yg secara perlahan mulai tampak jelas ini merupakan tembok penghalang. tembok atau penjara yg akan membuat diri ku terkurung di dalamnya. membuat aku tidak bisa berjalan kemana – kemana, berjalan di tempat bahkan kemungkinan besar berjalan mundur. hasil pemetaan bukanlah sebagai patokan! hasil pemetaan adalah target utk dihancurkan! dihancurkan utk mendapatkan sebuah ‘kebahagiaan’ yg absolut dan tanpa batas!

sebagai analogi…
aku yg sekarang adalah manusia yg terkurung dalam penjara yg aku buat sendiri. bagaimana caranya aku harus berhasil menjebol penjara ini agar aku mendapat kebebasan.
artinya…
penjara disini dalam artian hasil pemetaan dalam diri ku. bisa disimpulkan secara garis besar kekurangan dan kelebihan yg ada pada diri ku. walau pun seperti itu pemetaan adalah hal sangat perlu dilakukan. aku harus tahu seberapa tebal tembok yg harus dijebol, sekeras apa betonnya, seberapa dalam pondasi yg ditanam, berapa tinggi atapnya, dll secara detail. saat bebas pun aku harus tetap menyimpan semua pelajaran yg aku dapat saat masih dalam penjara.

saat bebas pun aku harus segera menyiapkan diri utk ditangkap lagi dan dimasukan ke dalam penjara. siapa yg menangkap? jawabannya adalah aku sendiri. dan justru aku ingin masuk ke panjara yg baru. dengan bahan tembok yg berbeda, beton yg berbeda, dan jeruji yg berbeda pula.

menerima kenyataan adalah penjara. mau ditolak? menurut ku tidak akan bisa. yg ada adalah kita akan memanipulasi atau dimanipulasi. seolah – olah tidak ada apa – apa. gampang terlena, gampang pula berpindah penjara tanpa sadar dan tanpa menikmati kebebasan yg sebenarnya. lebih parahnya tidak sadar bahwa tangan dan kaki kita sedang dirantai.

salam
ank punk!!!