Sedikit demi sedikit aku merasa didukung oleh orang sekitar ku untuk membuat lab pribadi. Aku selalu dibantu mulai dari perizinan hingga merenovasi ruangan yg tadinya terlihat kumuh menjadi lebih baik. Pembelian barang – barang logistik sampai pemasangan tidak lepas andil dari teman – teman terdekat ku saat ini. Ya! Aku memang belum bisa mandiri dari hal yg kecil sekali pun. Memalu, pasang kabel, pembenahan, semua selalu saja dibantu.
Suatu siang saat dimana aku sudah membuat janji dengan seorang wanita yg cukup berumur dan biasa dipanggil bunda. Bunda adalah seorang paranormal dan sekaligus pemilik kontrakan dimana rubel sahaja tinggal sekarang. Bisa dikatakan bunda seorang yg agak sedikit feodal, radikal, atau apalah yg mencerminkan karakter keras. Disiplin dan religius adalah hal utama yg selalu ditanamkan pada orang terdekatnya, terutama pada anak dan cucunya.
Akhirnya aku, bunda, besera dua orang cucunya berangkat untuk membeli terpal. Dikarenakan saya tidak tahu tempat membeli terpal yg murah, bunda sang paranormal bersedia mengantar saya utk menunjukan tempatnya. Diperjalanan kami berdua tidak berbincang banyak. Aku segan menanyakan hal – hal yg pribadi tentang beliau dan aku pun kurang tahu pula tentangnya. Sesekali aku perhatiakan bunda sedang melamun dan sesekali pula aku menyindirnya agar tidak melamun. Tertawa yg cukup indah terpancar dari raut keriput wajahnya. Mungkin merasa malu aku sindir karena melamun. Aku cuma bisa mengira, munkin wanita yg sudah punya cucu ini sedang memiliki masalah yg cukup berat. Kembali lagi, segan rasanya untuk mengkroscek kebenaran perkiraan ku ini.
Setelah berputar – putar sambil menahan udara panasnya kota Bandung, akhirnya parkir jugalah mobil kijang hijau yg butut ini. Dengan bermodalkan uang 100rb yg aku berikan kepada bunda agar bisa mendapat terpal yg murah. Sambil menggandeng cucunya kami berjalan melewati banyak orang. Bunda dengan santai dan lantangnya selalu permisi jika melewati orang yg sedang dagang atau sedang duduk. “punten pak!” atau “punten kasep!” selalu terucap dari bibirnya.
Saat sedang menawar terpal yg yaaa…. Mungkin rada tega lah. Harga yg ditawar setengah lebih dari harga yg diberikan. Ya! Namanya juga lulusan sarjana ekonomi, pasti tahu dalam tentang uang dan dagang. Si pedagang terlihat sangan cemberut saat terjadi proses tawar nemawar. Bunda selalu menanggapinya dengan senyum. Hebat! Si pedagang selalu disuruh bunda tersenyum. Tidak lupa bunda memberi nasehat kepada pedagang yg intinya kalau penjual selalu senyum pembeli pun akan merasa senang, itu yg utama.
Saat perjalanan menuju pulang dengan sisa uang belanja, bunda membelikan cucunya tas kecil dan balon tiup. Pada saat proses transaksi, bukan tawar menawar yg lama. Melainkan bunda selalu memberi wejangan kepada para penjual satu persatu. Mungkin orang luar akan menilai bunda adalah orang agak gila. Bagi ku tidak! Sebagai buktinya para pedagang itu merespon dengan hangat dan sopan, sehingga membuat bunda semakin lama dam mendalam memberikan wejangan.
Tidak lupa bunda membelikan lagi cucunya gorengan. Terlihat wajah si penjual gorengan banyak jerawatnya. Dengan cepat bunda memberikan resep obat jerawat alami. Aku kaget! Si penjual gorengan marah atau pun dongkol. Si malah bertanya makin dalam tentang resep yg berikan bunda, mulai dari apa saja bahannya sampai cara peracikannya. Sambil menggandeng cucunya kami berjalan menuju mobil dan seperti awalnya dengan santai dan lantang bunya menyapa permisi setiap orang yg dilewatinya.
Mungkin ini bijaknya seorang bunda sebagai paranormal. Memberikan apa yg dia punya dengan cuma – cuma tanpa pamrih. Bunda sudah sadar akan dirinnya sebagai paranormal dan sudah sadar perannya di masyarakat.
Pola yg sama juga terjadi pada teman ku Ali. Ali si orang pencinta alam. Kami pernah berdua mendaki gunung dengan jalur yg sangat extrim. Harusnya kami berdua bisa mendaki gunung kurang dari enam jam. Ya! Sangat lama! Ini dikarenakan selain kondisi fisik ku yg tidak siap, diperjalanan Ali juga sibuk memperbaiki jalur yg sudah rusak dikarenakan cuaca yg sering hujan. Tujuannya cuma satu. Agar orang lain bisa lewat dengan mudah dan tidak ada yg cidera. Dengan golok andalannya dia membuat tapak demi tapak untuk pijakan kaki. Satu – satu dia gali pijakan yg pas untuk melangkah. Tidak peduli hujan dan dinginnya cuaca.
Mungkin Ali juga sadar akan perannya sebagai pencinta alam. Sadar akan kemampuannya selama ini diasahnya dan sadar pula kapan kemampuannya itu dikeluarkan.
Untung atau rugi, capek atau lelah, waktu yg terbuang sudah bukan hal yg perlu diperhitungkan lagi. Semua dilakukan dengan spontan. Bijaknya teman – teman ku ini membuat aku untuk terpacu agar selalu berinisiatif tanpa memikirkan hal pribadi. Berinisiatif sesuai dengan kemapuan dan tahu batas diri.
Salut untuk teman – teman ku yg ajip ini!
Salam
Ank Punk!!!