Aku dan DSLR

Dari judul diatas pasti banyak yg mengira hubungan aku dengan kamera DSLR. Ya! Betul! Tetapi aku tambahkan, tidak hanya hubungan ku dengan kamera saja. Justru hubungan ku dengan orang – orang yg telah membuat ku menjadi memiliki semacam hubungan khusus dengan alat foto yg satu ini.

Ketertarikan aku akan foto sebenarnya dimulai dari kecil. Sekitar umur 10 tahun aku mulai bisa merasakan sensasi kehidupan. Hanya dari orang tua ku sering bercerita tentang keluarga besarnya yg dimulai dari kakek, nenek, saudara dekat, saudara jauh, kejadian menarik pada masa lalunya, hingga yg terjadi pada saat ini. Tidak sengaja dalam sebuah laci tua aku menemukan sebuah album foto tua. Mulailah aku membuka dan melihat – lihat. Cukup banyak sejarah yg terkandung dalam sebuah dokumentasi foto. Dimulai dari ibu ku belum menikah hingga melahirkan semua anaknya.

Cukup terhanyut dalam beberapa album foto yg sudah berumur belasan atau mungkin sudah mencapai puluhan tahun. Bisa dikatakan cukup sering aku melihat album foto keluarga hingga umur ku mencapai belasan tahun. Pada waktu era kamera poket digital, tidak jarang aku meminjam kamera teman. Ya! Aku senang mengambil gambar pada saat itu. Dengan berbagai sudut aku coba. Fotonya jelek? Tinggal di hapus dan diulang lagi. Terus dan terus seperti itu.

Pentingnya dokumentasi mulai aku rasakan saat duduk dibangku SMA. Pada saat itu aku tidak memiliki kamera, tetapi aku mempunyai handycam alias kamera video. Sejak kelas 2 SMA akhir, aku mulai membawa kamera video jika ada momen penting.

Saat dibangku kuliah aku selalu iri melihat teman – teman baru ku membawa kamera DSLR. Pada saat itu aku tidak mengerti cara menggunakan barang yg cukup mahal tersebut. Pinjam sana pinjam sini hanya utk mempelajari kamera cara kerja dan penggunaan kamera ini.

Seorang senior yg cukup dekat dengan ku selalu memperbolehkan aku meminjam kameranya. Kesempatan ini aku gunakan utk mengutak-atik kamera yg pada akhirnya aku pake prinsip ASTRADA (asal terang dan ada). Yg aku ulik adalah memainkan sudut – sudut pengambilan foto. Aku tidak mengerti apa itu ISO, AV, TV, P, dll.

Sampai pada akhirnya aku bertemu dengan seorang teman baru yg dulunya satu kampus dengan ku. Si teman, walau hanya hari sabtu dan minggu ke bandung karena libur kerja. Pada saat itu pula aku sering kali meminjam kamera canon yg aku lupa serinya. Dari si teman ug satu ini pula aku mulai sedikit paham tentang cara kerja kamera dan ukuran lensa. Maaf lah kawan, sudah dipastikan aku udah bikin kesal dengan aku suka meminjam kamera kau. Heheeee…. Berbagi itu indah kok.

Seiring waktu berjalan aku pun berkenalan dengan sahabat kekasih ku. Seorang teman baru yg sedang menekuni bidang seni murni. Lebih tepatnya seni lukis. Dari dia lah aku belajar tentang cara melihat sisi indahnya suatu lukisan, melihat indahnya perpaduan warna, melihat cerita dan filosofi tentang suatu karya dan hal – hal yg berhubungan dengan karya seni. Si kawan yg satu ini pun sempat menenteng kamera DSLR milik saudaranya yg sering aku pinjam. Cukup terkejut dan terkesan saat dia mempercayakan kameranya di percayakan pada ku saat akan bepergian. Dengan senang hati dan aku jaga kepercayaan itu.

Tidak lupa pula kekasih ku yg selalu mendukung ku.

Sebenarnya saya banyak yg ingin saya ungkapkan tentang judul yg satu ini. Rasa dan sensasi yg lama tidur kini bangkit lagi secara sporadis. Bertubi – tubi dan sembrawut. Tidak teratur sehingga menyulitkan aku utk menerjemahkannya lewat tulisan. Sederhana saja. Saya cuma ingin mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya utk orang diluar saya yg sudah ikut serta menciptakan rasa dan sensai yg kini mulai bergejolak kembali, baik sadar mau pun tidak sadar. Cuma itu yg ingin saya sampaikan.
Maaf kalau agak bertele – tele.

Salam
Ank punk!!