supertramp!

Pada pagi waktu itu sekitar jam 8an aku langsung berangkat menuju kediaman Helmi. Sebelumnya, Helmi adalah seorang calon dokter gigi. Kami berkenalan saat dia datang ke rumah belajar di pasar ciroyom. Helmi yg beberapa tahun lebih Tia cari ku memiliki kendaraan motor trail. Ya! Pada saat tahu itu kau ingin sekali meminjam motor itu dengan alasan ingin mencoba berpetualang dengan cara yg berbeda. Motor trail adalah pilihan pada saat itu. Selain mempermudah akses ke berbagai jalan (aspal, tanah, pasir, bahkan trotoar), motor trail menjadi pilihan jg karena mampu membawa badan saya di tanjakan yg cukup curam. Setelah minum kopi dan mengobrol dengan seorang teman asal Tegal didekat kediaman Helmi, akhirnya SMS pun dibalas yg bertanda Helmi sudah siap ditemui.

Akhirnya kami barter. Aku meminjam motor trail dan Helmi menggunakan mobil tempur kijang kapsul yg baru di poles. Deal! Disaat pertukaran pun kami saling memberi info terbaru tentang kendaraan kami. Di kamarnya kami juga sedikit bercerita dan berdiskusi tentang keadaan anak – anak di ciroyom dan sedikit bercerita tentang agama. Tak disangkan ternyata calon dokter gigi ini telah memiliki pengalaman ‘spirituil’ yg mengagumkan. Sangat terharu dan ingin bertemu dengan orang yg ada dalam ceritanya.

Pertukaran kunci dan STNK pun terjadi. Aku pulang ke rumah utk melakukan berbagi ritual yg sebelumnya tertunda. Ritual pun selesai dan pikiran tolol datang jg. ‘mau ke mana ya?’. Ke Cirebon! Jawab dalam hati. ,engingat ortu sedang di Cirebon, jd aku susul aja. Mempersiapkan kamera, mengecek baterai, mengosongkan memori, membersihkan lensa dan layar LCDnya. Membawa tas ransel berisikan baju ganti, kolor, jas hujan, handuk, Alat bengkel, Alat mandi, center, kaos kaki, dll. Sekitar jam 10 saya berangkat dan petualangan pun dimulai.

Belum jauh perjalanan, diaerah jatinangor ban motor bocor. Walah! Aku belum dibekali ilmu tentang ban motor yg satu ini. Aku SMS Helmi dan menyarankan ke tambal ban aja. Saat ban dibongkar aku ingat ada beberapa baut yg harus di buka dulu, karena jika tidak ban akan sobek. Perbaikan ban hampir 1jam lebih. susahnya membongkar ban dan memasangnya kembali karena ban cukup tebal dan keras. Aku pun ikut membantu.

Di perjalanan aku cukup berani dan percaya diri. Selalu lolos dari beberapa razia, padahal aku tidak punya SIM pada saat itu. Kemacetan pun aku lewati dengan santai dan tenang. Kemacetan di jalan tanjakan aku lewati dengan gagah dibarengi derungan mesin yg berkesan bertenaga dan gahar. Kemacetan jalan datar, aku lewat jalan pinggir yg berpasir dan berbatu. Motor biasa akan susah melewatinya karena ban akan selip dan berisiko jatuh. Tanjakan demi tanjakan aku lewati sambil menyalip truk – truk yg berjalan lambat dan mengeluarkan asap hitam yg tebal.

Sepanjang perjalanan ke Cirebon aku mengalami bocor ban 1kali dan 2kali pecah ban. Total waktu lebih dari 5jam perjalanan. Aku tiba dirumah sepupu ku pada malam hari. Sepupu ku kaget melihat ku membawa motor trail dan ortu ku belum tahu kalau aku menyusul mereka.

Sepupu ku, Lukman namanya. Dialah yg selalu menemani ku berpetualang di Cirebon. Terkadang aku berfikir hubungan kami tidak seperti sepupu, melainkan seperti dua orang sahabat. Tetapi toh aku harus melihat kenyataan, dia sepupu ku. Pernah pada saat kami dalam perjalanan menuju kampung kami di pinggiran jalan Pantura, Kamil mengalami pecah ban pecah ban. Terpaksalah kami mendorong motor yg besar dan berat ini mencari tambal ban. Sialnya pada saat itu adalah hari pertama puasa. Banyak tempat tambal ban yg sedang ‘cuti’ berlibur ke kampung halamannya.

Di kampung kami menjenguk rumah saudara utk beristirhat sejenak. Udara panas, berdebu, dan harus berhadapan dengan banyaknya truk dan bus. Tidak lupa pula angin yg sangat kencang membuat motor ini suka tidak seimbang. Selesai istirahat dan batal puasa, kami berjalan kali menuju kuburan keluarga. Kuburan dari seluarga papan dan Mamah. Berdoa, jalan – jalan, dan berdoa lagi. Selagi sepupu ku sedang asik berdoa, aku asik dengan kamera ku. Memfoto kuburan ternyata memang mempunyai sensasi tersendiri. Selain ingat tentang kematian, aku juga teringat akan kebesaranNYA. Lokasi kuburan besebelahan dengan sawah yg sedang di kerjakan beberapa petani dan beberapa anak kecil yg sedang bermain. Melihat sawah ini mengingatkan ku akan cerita kawan ku tentang kehidupan para petani yg kesusahan dan tertindas oleh korporasi. Tidak lupa kami bercerita tentang sejarah keluarga besar kami. Almarhum paman kami yg merupakan kakak dari kedua bapak kami merupakan orang yg sangat relijius. Orangnya santai. Waktu aku kecil, setiap bertemu dia selalu menunjuk wajah senyum. Duduk santai dengan rokok kretek ditangan kananya sambil menikmati segelas teh panas yg penuh dengan ampas tehnya. Menggunakan sarung dan kaos oblong sambil tertawa berbicara dengan papah.

Konon cerita menjelang kematiannya, beliau tiba-tiba kabur dari rumah. Tidak meninggalkan kabar sama sekali. Diakhir cerita ternyata beliau menyebarkan ajaran agama di suatu daerah plosok. Semua pertanyaan tentang dirinya banyak yg terjawab setelah beliau wafat. Suatu cerita yg lain, beliau mempunyai ‘ilmu’ menghilang. Ilmu tersebut pernah dibuktikan oleh saudara ku yg kini dianggap sebagai muridnya. Cerita yg lain lagi, beliau juga pernah mengusir hantu yg mengganggu suatu rumah yg ada di kampung. Sewaktu aku kecil, aku pernah ditawarin jin olehnya. Tidak disangka ternyata aku mempunyai paman yg sangat keren.

Perjalanan kami lanjutkan menuju ke sepupu kami yg lain. Sepupu yg satu ini sdang berkasus dengan kepolisian. Cerita orang tua ku sangat sulit utk menjenguknya, lebih tepatnya dipersulit. Kami datang berdua dengan menggunakan motor tersebut yg diparkir di depan kantor polisi. Bermodalkan nyali besar dan tampang pede kami masuk dan harus mengikuti prosedur. Menulis nama, tujuan, dan melepas jaket. Saat Pak polisi melihat kamera yg saya bawa, mereka mengira saya adalah wartawan. Dengan mudahnya kami masuk. Saat menjenguk sepupu ku yg satu ini berpesan jgn lah menjadi sepertinya dan jangan lupa shalat. Di bercerita, walau pun lantai dalam jeruji ini tidak rata tp saat kita khusuk dalam shalat semua ketidak nyamanan itu akan hilang. Dia juga membandingkan dirinya dengan para sepupu ku yg lain. ‘belum ada kan mas cucu mimih (nenek) yg kaya gini’. Aku hanya tertawa menanggapi ucapannya. Ya! Memang belum ada orang yg sepertinya dalam keluarga besar saya. Semua hanya hidup seperti orang pada umunya. Kau lah yg unik. Kau lah contohnya. Setidaknya aku yg sadar bahwa kau lah sepupu ku yg memiliki warna hidup yg sangat kontras dari waktu ke waktu. Warna kehidupan yg berdegradasi, itu biasa bro! Warna kehidupan yg kontras, itu luar biasa brader! Hahahaaaa!!

Selesai menjenguk kami bergegas mencari tempat makan. Ya! Nasi jamblang, makanan khas Cirebon yg aku gemari. Murah! Enak! Banyak pilihannya. Di hari berikutnya tidak lupa kami makansate kambing dan nasi goreng. Di saat mencari sate kambing, kami mengalami bocor ban lagi. Untungnya tidak jauh dari temapt makan ada tambal ban.

Perjalanan menuju Bandung ternyata tidak jauh bedanya dengan keberangkatan ke Cirebon. Di jalan yg agak menanjak dan berkelok rantai motor putus! Aaassuuuu!!!!! Belum lagi hari udah menjelang magrib. Awalnya aku akali dulu. Patahan rantai yg terjatuh di jalan aku gunakan lagi. Lokasi jalan cadas pangeran memang begitu menyeramkan. Konon cerita dulu ini adalah tempat pembuangan mayat. Berhasil jalan tetapi tidak jauh, rantai putus lagi saat aku menemui jalan yg semakin menanjak. Sempat bingung harus bagai mana. Aku duduk sebentar sambil berfikir harus berbuat apa. Kesempatan beristirahat aku gunakan utk berfoto juga. Aku ingat, dalam tas ransel aku membawa semacam kabel yg terbuat dari pelastik. Kabel ini lah yg aku gunakan untuk menyambung rantai. Setelah tersambung dengan susah payah aku mendorong motor samapi aku disamperin oleh tukang ojek. Dengan bergegas si tukang ojek melihat rantai dan berangkat untuk membelikan sambungan rantai. Sialnya para tukang ojek disana tidak ada yg bisa berbahasa Indonesia, mereka menggunakan bahasa Sunda utk berkomunikasi. Dan lebih sialnya lagi mereka menggunakan bahasa Sunda yg sangat halus. Sial! Aku mengerti bahasa mereka, tp aku hanya bisa berbahasa Sunda yg tingkatan tinggi alias kasar. Tetapi aku salut, saat azan magrib mereka membelikan ku sebotol air putih. Sebagai balasannya aku menawari mereka rokok.

Setelah selesai memperbaiki rantai dan menikmati canda hangat dari beberapa tukang ojek, aku melanjutkan perjalanan hingga aku sampai di rumah dengan selamat.

Sungguh petualangan yg sangat berkesan. Bagi ku ini perjalanan ‘spirituil’! Banyak cerita yg aku singkat dan rasa yg tidak bisa diungkapkan dengan tulisan. Perjalanan hanya aku dokumentasikan lewat foto. Foto pun juga bisa berbicara walau terbatas dan tergantung.
Special thank’s untuk si pemilik motor dan si penunjuk jalan!!

http://www.facebook.com/media/set/?set=a.2127561580991.2121109.1004462789&type=3

Salam
Supertramp!