Itu Monoton dan Sampah!!!

Yaa… sedang sendirian dirubel Sahaja tercinta ini. Suka, duka, emosi, ampe yg nggak jelas pun ada disini.
Berexperimen sesuka hati, bermain sesenang – senangnya.
Berfikir sebebas – bebasnya.
Bergerak seluas – luasnya.
‘Bergila – gila’ seliar – liarnya!!

Dipagi buta yg rebut dengan suara – suara mensin dan lalu – lalangnya kendaraan umum.
Dipadi buta yg matahari masih menyinari pasar dengan cahaya yg tanggung.
Dipagi buta yg sedang membuat kopi yg airnya tidak kunjung panas.
Dipagi buta yg aku ditinggal sendirian oleh teman dan pacar tertidur lelap.

Dalam kondisi seperti ini lah aku berfikir tentang orang- orang terdekat ku. Berfikir tentang keadaan mereka. Keadaan teman – teman terdekat ku yg kini mulai bergerak monoton. Bergerak monoton dengan konstannya. Bergerak monoton dengan stabilnya. Bergerak monoton dengan santainya. Bergerak monoton dengan ketidak sadaran logikanya. Bergerak monoton dengan nikmatnya. Bergerak monoton dengan waktu yg cukup lama. Berakhir pada kenyamanan yg tidak pernah beranjak.

Aku berfikir perciptakan keadaan baru yg bisa menyadar ini semua. Keadaan yg dapat membuka hati dan pikiran akan keadaan yg terjadi. Terjadi pada diri sendiri, teman sebelah, dan lingkungan yg banyak orang. Keadaan dimana kau, aku, dan kalian semua bisa melihat kedalam dan keluar dengan akal dan hati yg sehat. Sehat dalam artian tenang, membuang sementara semua perkara, tidak gengsi, dan ego. Berjalan semurni mungkin dan sepolos mungkin dan tidak menyinggung satu dengan yg lain. Menjaga perasaan antar sesame demi keberlangsungan relasi yg bisa dikatakan sudah terlanjur terbangun dengan sedemikian adanya.
Bergerak monoton individu yg dilihat perindividu dari individu. Itu cara penglihatan yg aku gunakan untuk hal yg satu ini. Atau bisa dikatakan pergerakan monoton individu. Pergerakan yg sudah mulai terasa digerakan yg lainnya. Gerakan sendiri dan gerakan bersama – sama yg sudah mulai bermain didalamnya gerakan yg aku nilai monoton ini. Sehingga mempengaruhi secara kualitas dari rencana yg sudah disusun sedemikian tinggi nilainya. Nilai yg ternyata cuma harapan kosong dan dianggap sukses. Keberlangsungan acara secara teknis sudah menjadi patokan utama. Acara yg dikonsep dengan harapan muncul nilai – nilai yg diharapkan lahir dari teknis yg sedemikian rupanya. Lupa, pura – pura lupa, pura – pura tidak memahami, dan pembenaran telah menjadi hal yg antik bagi ku. Kata ‘maaf’ sudah biasa aku berikan. Dan aku memperkirakan ini semua dari hal yg aku nilai monoton!

Jikalau aku diperbolehkan menilai itu semua sampah…

“Apa hal yg monoton itu, dek Nanta?”

Coba kakak tanyakan itu pada hati ‘kakak – kakak’ sendiri…..

“kok gitu?! Mana kakak tahu….”

Kakak goblog!

Salam ank punk!!!

Tinggalkan komentar